RINGKASAN, SADURAN, TRANSKRIPSI

RINGKASAN, SADURAN, TRANSKRIPSI by anindyatrans1@gmail.com Terkadang kita sulit untuk memahami ide sebuah tulisan yang panjang dan tidak jarang juga kita kemudian membuat ringkasan dari sebuah tulisan tersebut untuk membantu memahami ide-ide dari si penulis. Hal serupa juga dilakukan manakala kita ingin menyalin tulisan dalam bahasa lain atau karya tulis tertentu yang inti tulisannya ingin kita ketahui. Cara menyadur bisa menjadi sebuah alternatif. Meringkas, menyadur, dan mentranskrip memang memiliki kesamaan. Ketiganya masih berpatokan pada ide orang lain. Meski demikian, dalam hal mentranskrip, ada sedikit perbedaan. Kegiatan mentranskrip lebih kepada penyalinan bentuk lisan ke bentuk tulisan. Lebih jauh lagi tentang ketiga hal ini, diuraikan dalam tiga butir berikut ini. Meringkas Menyajikan sebuah tulisan dari seorang pengarang ke dalam sebuah sajian tulisan yang ringkas bukan hal yang mudah. Kita harus membaca dengan cermat dan memerhatikan ketika kita harus menuliskannya secara ringkas. Hal ini berkaitan dengan upaya kita untuk menangkap gagasan atau ide dari pengarang. Langkah meringkas bisa kita pakai untuk mengetahui maksud dan tujuan pengarang juga dalam rangka menyajikan sebuah tulisan ke dalam bentuk yang ringkas, padat, dan tetap berpatokan pada ide asli pengarang. Dalam hal ini, yang harus kita perhatikan dalam membuat sebuah ringkasan adalah mempertahankan urutan asli dari ide asli pengarang. Akan tetapi, jangan kita mencampuradukkan pengertian tersebut ketika kita akan membuat sebuah ikhtisar. Patokan akan kedua hal tersebut ada perbedaannya. Dalam membuat ikhtisar, kita tidak perlu mempertahankan urutan karangan asli dan tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan itu secara proposional (Keraf 1984: 262). Berikut akan kita bahas tentang batasan arti ringkasan. Ringkasan diartikan sebagai penyajian singkat dari suatu karangan asli tetapi tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. Sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat itu (Keraf 1984: 262). Dengan kata lain, ringkasan adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk singkat. Lalu apa tujuan dari meringkas tersebut? Gorys Keraf mengemukakan bahwa membuat ringkasan dapat berguna untuk mengembangkan ekspresi serta penghematan kata. Latihan membuat ringkasan, menurut dia, akan mempertajam daya kreasi dan konsentrasi si penulis ringkasan tersebut. Penulis ringkasan dapat memahami dan mengetahui dengan mudah isi karangan aslinya, baik dalam penyusunan karangan, cara penyampaian gagasannya dalam bahasa dan susunan yang baik, cara pemecahan suatu masalah, dan lain sebagainya. Beberapa bentuk ringkasan di antaranya dapat berupa abstrak, sinopsis, dan simpulan. Dalam sebuah karya ilmiah (skripsi, laporan akhir, tesis, maupun desertasi), sebuah proses meringkas biasa disebut juga dengan abstrak (Widyamartana dan Sudiati 1997: 52). Abstrak atau ringkasan berdasarkan penjelasan Harianto GP (2000: 227) dimaksudkan sebagai memberikan uraian yang sesingkat-singkatnya tentang segala pokok yang dibahas. Ringkasan dalam sebuah karya ilmiah hendaknya meliputi dasar masalah, asumsi dasar, hipotesa, metodologi, data, sumber-sumber pengolahan, kesimpulan, dan saran-saran. Ringkasan dalam bentuk sinopsis biasa dilakukan pada buku seperti karya fiksi atau nonfiksi. Bentuk sinopsis merupakan salah satu bentuk ringkas suatu karya yang kiranya dapat memberikan dorongan kepada orang lain untuk membaca secara utuh (Djuharie dan Suherli 2001: 12). Sementara bentuk ringkasan yang lain adalah simpulan. Simpulan adalah bentuk ringkas yang mengungkapkan gagasan utama dari suatu uraian atau pembicaraan dengan memberikan penekanan pada ide sentral serta penyelesaian dari permasalahan yang diungkapkan (Djuharie dan Suherli 2001: 13). Menyadur Sebenarnya, "menyadur" itu lain dengan menerjemahkan/ mengalih bahasakan . Istilah yang sekarang lebih umum digunakan adalah "adaptasi." Yang paling lazim, adaptasi dilakukan antar dua bidang seni, misalnya film yang ceritanya mengadaptasi sebuah novel. Dalam bidang sastra, bisa juga sebuah karya mengadaptasi sebuah cerita rakyat. Adaptasi prinsipnya adalah mengambil bahan pokok untuk dikembangkan. Detail ceritanya bisa sama sekali baru, bahasa ungkapnya juga harus lain. Jadi, cerita-cerita silat dari Hongkong dan Taiwan yang beredar dalam bahasa indonesia sama sekali tak bisa disebut adaptasi atau menyadur. Karena tak ada pengembangan cerita ataupun memakai bahasa ungkap yang sama sekali baru. Mereka tetaplah karya tejemahan. Istilah saduran yang sering ditempel di cover hanyalah sekedar akal-akalan agar terhindar dari gugatan hak cipta. Kembali ke istilah "menyadur", definisi resminya adalah: "menyusun kembali cerita secara bebas, tanpa merusak garis besar cerita, biasanya dari bahasa lain" (KBBI Edisi-II, Cetakan Ke-9, 1997, halaman 859). Apakah menyusun kembali hanya sekedar membolak balik susunan kalimat atau susunan peristiwa? Atau sekedar mengedit, mengurangi dan menambah? Kalau hanya itu, baru pantas kita sebut terjemahan bebas! Menyadur harus lebih dari itu. Harus ada sesuatu yang baru diluar cerita asli, "Tanpa merusak garis besar cerita". Pengembangan cerita tak berarti megubah garis besar cerita, misalnya kita tahu cerita garis besar cerita Sampek Engtai, tapi adegan pertemuan dan perpisahan mereka, detail percakapan mereka, bisa saja kita kembangkan sendiri. Mentranskrip Saat kita mendengar kata transkrip, pemahaman kita tentu akan mengacu pada penyalinan sebuah bentuk lisan ke dalam bentuk tulisan. Transkripsi menurut definisi Harimukti Kridalaksana adalah pengubahan wicara menjadi bentuk tertulis; biasanya dengan menggambarkan tiap bunyi atau fonem dengan satu lambang (2001: 219). Hal ini sesuai dengan pandangan J.S. Badudu bahwa terjadi sebuah penyalinan teks dengan huruf lain untuk menunjukkan lafal, fonem-fonem bahasa yang bersangkutan (2005: 351). Transkrip dalam hal ini sangat berguna, khususnya sewaktu kita akan membuat salinan, catatan dari sebuah pembicaraan ke dalam bentuk tertulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, transkrip artinya salinan. Mentranskrip berarti menyalin. Apa saja yang bisa disalin? Tentu bisa apa saja. Tetapi yang dimaksud transkrip pada tulisan ini adalah menyalin atau mentranskrip audio/video (suara/suara bergambar) kedalam bentuk teks tertulis. Audio disini adalah rekaman/suara yang terdokumentasikan dalam bentuk kaset/mini kaset maupun digital voice clip/sound clip dan video clip. Apa isi rekaman itu? Bisa hasil wawancara, diskusi, seminar, focus group discussion, pelatihan, pidato, sidang, film, video pendidikan, video pelatihan, video tutorial dan sebagainya. Direkam menggunakan alat perekam berupa cassette recorder, voice recorder atau video recorder dan tersimpan dalam kaset maupun format digital voice/sound clip dan video clip tersebut. Hasil transkrip biasanya berbentuk teks tertulis yang berupa tulisan isi rekaman. Hasil transkrip ini bisa bermacam-macam. Ada hasil transkrip yang betul betul ‘apa adanya’ artinya kata perkata ditulis bahkan situasi yang terjadi ditulis juga untuk menggambarkan situasi yang terjadi. Hasil transkrip ada juga yang mirip seperti hasil ringkasan sebuah acara/rapat, hasil resume, atau bahkan minuta rapat. Tetapi hasil transkrip ini tidak boleh ada pendapat/opini pribadi dari si penulis transkrip. Jadi betul-betul hanya ringkasan dari hasil acara tersebut dan berdasarkan pada apa-apa yang dibicarakan/diucapkan dalam acara tersebut. Hasil transkrip (dokumen tertulis) ini akan berbeda tergantung kebutuhan dan keinginan dari si pemilik rekaman ini. Misalnya hasil transkrip pelatihan, dipakai untuk melihat gambaran proses pelatihan dan materi yang disampaikan dan materi yang berkembang untuk dijadikan bahan evaluasi, perbaikan modul, pembuatan laporan dan lain sebagainya. Hasil transkrip FGD, seminar atau diskusi bisa dipakai sebagai bahan untuk melihat kembali materi acara dan menarik poin-poin kesepakatan dalam acara tersebut berdasarkan pokok pikiran seluruh pembicaraan pada acara tersebut. Hasil transkrip video pendidikan, video pelatihan, tutorial bisa dipakai sebagai bahan bacaan bagi si peserta agar lebih mudah mengikuti alur pendidikan dan bagi si pengajar bisa dijadikan sebagai panduan dalam mengajar. Hasil transkrip bisa dijadikan sebagai bukti tertulis otentik tentang suatu hal. Misalnya transkrip sidang skripsi, transkrip sidang pengadilan dan lain sebagainya. Merekam dan mentranskripkan sebuah acara itu penting agar setiap acara memiliki dokumentasi tertulis selain dokumentasi audio maupun video. Mentranskrip mirip dengan menotulensi tetapi tidak sama. Mentranskrip bisa dilakukan kapan saja dan bisa dimana saja selama bahan untuk ditranskrip ada. Jadi, bisa saja bahan itu bahan yang 1 tahun lalu, atau beberapa bulan lalu. Bahan tersebut kemudian ditranskrip misalnya sebagai antisipasi hilangnya data digital karena kerusakan komputer, kaset berjamur, video berjamur, dan lain sebagainya. Ada beberapa macam transkripsi mengacu pada Kamus Linguistik Harimurti Kridalakasana (2002: 219). Meskipun sangat kental dengan istilah-istilah linguistik, mengingat pentranskripsian memang dekat dengan kajian ilmu fonetik, pengenalan macam-macam transkripsi berikut ini tentulah menambah wawasan kita. Transkripsi berurutan, yaitu transkripsi fonetis dari teks yang berurutan dan bukan dari kata-kata lepas. Transkripsi fonemis, yaitu transkripsi yang menggunakan satu lambang untuk menggambarkan satu fonem tanpa melihat perbedaan fonetisnya. Transkripsi fonetis, yaitu transkripsi yang berusaha menggambarkan semua bunyi secara teliti. Transkripsi kasar, yaitu transkripsi fonetis yang mempergunakan lambang terbatas berdasarkan analisis fonemis yang dipergunakan sebagai sistem aksara yang mudah dibaca. Transkripsi impresionistis, yaitu transkripsi fonetis dengan lambang sebanyak-banyaknya yang dibuat tanpa pengetahuan mengenai sistem bahasa tertentu; transkripsi semacam ini biasa dibuat pada pengenalan pertama suatu bahasa. Transkripsi ortografis, yaitu transkripsi yang sesuai dengan kaidah-kaidah ejaan suatu bahasa. Transkripsi saksama, yaitu transkripsi fonetis yang secara cermat menggambarkan kontinum wicara. Transkripsi sistematis, yaitu transkripsi fonetis dengan lambang terbatas yang dibuat setelah si penyelidik mengenal bahasanya dan setelah segmen-segmen ujaran diketahui. Secara garis besar, bentuk transkripsi merupakan bentuk tertulis dari ucapan. Beberapa contoh bentuk transkrip, misalnya transkrip pidato, wawancara, atau keterangan pers. Proses tersebut, sebagaimna disebutkan Shaddily dan Echols, sama halnya dengan mencatat atau menuliskan hasil pembicaraan. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan menuliskan kata demi kata dari suatu sumber untuk keperluan tertentu (biasanya direkam) pada radio perekam dan disalin dalam bentuk tulisan atau ketik. Sebuah cara penulisan dengan meringkas, menyadur, dan mentranskrip, di dalamnya mencakup cara menyajikan sebuah tulisan, pembicaran ke dalam bentuk tertulis yang tersaji secara ringkas. Sebuah bentuk ringkasan dari sebuah tulisan hendaknya tetap menekankan sisi konsistensi akan sebuah urut-urutan sesuai dengan ide atau gagasan pengarang. Begitu halnya saat kita menyadur, hal tersebut juga berlaku -- tetap mempertahankan ide dari naskah asli. Sementara mentranskrip lebih kepada upaya menyajikan sebuah bentuk lisan ke dalam tulisan. Penyajian hasil tulisan dengan ketiga bentuk tersebut ternyata dapat menjadi latihan yang baik bagi kita. Terutama untuk mempertajam pemahaman kita tentang karya asli. Tambahan lagi, kita akan menjadi lebih mencermati apa yang kita baca maupun dengar, tegas Keraf (1984:262) by anindyatrans1@gmail.com

Peran Jasa Penerjemah

Bahasa adalah sebuah sarana untuk masusia saling bertukar informasi satu sama lain. Namun hal tersebut hanya bisa berjalan dengan lancar jika kita bisa memahami bahasa yang dipakai untuk menyampaikan informasi tersebut. Disinilah peran jasa penerjemah sangat dibutuhkan untuk menjembatani perbedaan bahasa sehingga kita bisa membaca sebuah informasi yang berasal dari luar negeri dengan nyaman. Karena alasan itulah banyak berdiri perusahaan jasa penteremah di Indonesia. Pekerjaan seorang penterjemah bukanlah pekerjaan yang mudah seperti yang selama ini kita bayangkan. Selain penguasaan bahasa asing yang diatas rata-rata, seorang penterjemah yang handal juga harus bisa menguasai berbagai keahlian yang akan menunjang pekerjaannya sebagai seorang penterjemah. Beberapa keahlian tambahan yang biasanya harus dikuasai oleh seseorang sebelum membuka jasa penterjemahan diantaranya adalah: 1. Keahlian Menulis Seorang penterjemah dituntut untuk bisa menulis dengan baik. Keahlian menulis ini merupakan modal utama selain keahlian bahasa yang harus dikuasai oleh seorang penterjemah. Dengan keahlian menulis yang baik, seorang penterjemah bisa menyampaikan isi dari sebuah teks berbahasa asing ke dalam bahasa yang dituju dengan lancar dan enak dibaca. 2. Keahlian Istilah Dalam Beberapa Cabang Ilmu Pengetahuan Keahlian selanjutnya yang harus dimiliki oleh seseorang yang berniat untuk membuka jasa penterjemah adalah istilah. Seorang penterjemah harus selalu siap jika mereka diminta untuk menterjemahkan sebuah teks dalam topic tertentu. Beberapa bidang ilmu yang biasanya sering diterjemahkan adalah hukum, bisnis, ekonomi, budaya, teknik, kedokteran, dan lain sebagainya. 3. Pengetahuan Tentang Budaya Pengetahuan akan budaya asal bahasa asing yang dikuasai sangatlah penting. Pengetahuan akan budaya ini akan mebantu seorang penterjemah dalam membuat sebuah hasil terjemahan yang hidup dan enak dibaca. Kadang ada beberapa kata tidak resmi atau kata-kata slang hingga istilah populer yang tidak membutuhkan kamus melainkan pengetahuan budaya untuk bisa memahaminya. 4. Keahlian Penterjemahan Yang Baik Keahlian atau teknik penerjemahan adalah ilmu dasar yang harus dikuasai oleh para penterjemah. Pada dasarnya, proses penerjemahan bukan hanya sebuah proses alih bahasa semata namun juga ada transfer makna. Penterjemah yang baik harus bisa mengalih bahasakan sebuah teks dengan bahasa yang sederhana namun tetap tidak mengurangi makna yang terkandung dalam teks tersebut.

permasalahan di jasa penerjemah lisan

Berdasarkan fakta-fakta yang terjadi di lapangan, ternyata, ini seringkali diklaim bahwa jasa penerjemah lisan seringkali jasa penerjemah lisan tidak melakukan tugas sebagai translator yang sangat baik. Sebagai seorang jasa penerjemah lisan, saya secara konstan menggunakan beberapa jalan pintas, ketika menerjemahkan sebaliknya perlu menyelami perasaan untuk coba memahami apa yang dimkasudkan oleh sekumpulan teks atau bekerja kembali mengutarakan atau gaya terjemahan saya. Ini bisa diperdebatkan, pada sisi lain buku induk ini, bahwa jasa penerjemah lisan kurang condong pada melakukan perbaikan terhadap kata spesifik dan cenderung berkonsentrasi pada makna yang dimaksud penulis sebenarnya. Sepanjang seorang jasa penerjemah lisan terkait, beberapa isu yang muncul saat ini dimana mereka secara konstan harus meraihnya. Bagaimana jika anda berurusan dengan suasana humor atau pengambilan sumpah sebagai contoh? Dalam kedua kasus, isu secara jelas berhubungan dengan bagaimana anda beradaptasi dengan audien anda. Seorang jasa penerjemah lisan yang terkenal berkata: ia menceritakan kepada pendengarnya bahwa seorang pembicara baru saja telah membuat kejutan /lelucon yang tidak diterjemahkan dan mereka seharusnya tertawa untuk tetap membuatnya bahagia. Trik ini biasanya bekerja. Apabila saya bisa, saya lebih suka melakukannya dengan lelucon saya yang menakutkan. Aneh Bukan? Bagaimana kira-kira tanggapan klien saya? “Jaga lah perasaan, dan suara akan menjadi terkendali.” Sebagai contoh, ketika pada suatu saat saya menjadi jasa penerjemah lisan pada Pertemuan Tamu dari Prancis pada tahun 2006 lalu di kantor kami. Dari pihak tamu, membawa seorang jasa penerjemah lisan yang bisa menerjemahkan ke bahasa Inggris namun tidak menguasai bahasa Indonesia. Bahasa Inggrisnya cukup baik. Namun jasa penerjemah lisan ini ternyata bersantai-santai setelah istrahat minum kopi dan sekretaris tamu Prancis memberitahukan kepada kami. Ia mengucapkan dengan kata yang bagi saya cukup mengerikan: “ Hongrois [on croIt] que les interprètes hongrois ne sont pas revenus de la pause.” Saya bereaksi dengan berkata: “Are the France jasa penerjemah lisans there? Knock, knock. Anybody home? D’Artagnan?” (sengaja saya ucapkan nama seorang tokoh dalam cerita Three Musketer yang berkebangsaan Prancis). Ucapan itu saya tujukan kepada delegasi tamu Prancis dan Irlandia yang membalasnya dengan tertawa. Saya secara rutin telah bekerja sebagai jasa penerjemah lisan untuk kantor kami dan saya tahu dan dapat beradaptasi dengan beberapa delegasi yang berbahasa Inggris baik usia mereka di bawah atau di atas saya. Dengan kata lain, saya tahu bahwa mereka akan melucu. Selanjutnya , sejak pertemuan itu dilangsungkan selaman tiga atau empat hari, kami bersosialisasi dengan delegasi tersebut. Salah satu kalimat kunci dalam bahasa Prancis adalah “espace de dialogue social.” Terjemahannya dalam bahasa Inggris , yakni “social dialogue structure.” (struktur dialog sosial). Sangat diperlukan bahwa anda harus dapat menanamkan kepercayaan kepada kedua belah pihak bahwa anda memahami maksud mereka dengan baik. Dengan kata lain, semakin sering melakukan jasa penerjemah lisan dibandingkan penerjemahan tulisan, seorang jasa penerjemah lisans bisa mengenal orang-orang dengan siapa ia bekerja dan beradaptasi menurut output yang mereka harapkan. Dalam kasus pengucapan janji/ sumpah, sesuatu lebih mungkin terjadi ketika orang sedang berbicara dibandingkan ketika mereka sedang menulis, aturan utama bagi jasa penerjemah lisan adalah mengucapkan sesuatu dalam satu tingkatan lebih jelas dan mudah dicerna dibandingkan apa yang diucapkan oleh pembicara . Sekali lagi, singkatnya, ini semua tergantung pada audien. “Ini akan begitu menyenangkan jika sesuatu merupakan hal yang masuk akal untuk dilakukan perubahan.” Sama halnya dengan, kita juga bisa memandang masallah dari sis kemauan pembicara. Sebagai contoh jika seseorang pembicara mengucapkan sesuatu yang kurang sopan atau kurang baik di dengar oleh lawan bicaranya yang tidak memahami bahasa si pembicara, , sebagai seorang jasa penerjemah lisan, saya sebaiknya mencoba menyampaikan pesannya dengan sikap yang sopan , meskipun dengan melakukan itu mungkin perlu menerjemahkan agar dapat menghindari bahasa kelompok tertentu/ golongan politik dan setserusnya. Ini akan sama halnya dengan seorang penerjemah tulisan yang terikat pada penulisan teks yang buruk. Meskipun demikian, anda bisa mengalami suatu situasi dimana ia bisa dengan baik dengan maksud agar dapat mencerna bahasa dan memberikan hasil terjemahan lebih baik, namun malahan sikap ini membuat audien merasa bosan dan hanya menghabiskan waktu untuk memastikan audien dan pembicara yang dihadapinya agar tidak mulai mengajukan pertanyaan yang bisa menyulitkannya atau sulit untuk diterjemahkan olehnya. Ingatlah dengan kondisi yang terlalu berhati-hati ini, akan berbalik menjadi situasi yang tidak menguntungkan dan memojokkan diri anda selaku jasa penerjemah lisan.

kesalahan dalam menerjemahkan

Sejarah dunia khususnya Perang Dunia ke-2 (PDII) sudah pernah kita pelajari sebelumnya dari mulai SD sampai SMP. Tapi tahukah para pembaca yang mulia, jika pemboman di Hiroshima dan Nagasaki akibat salah terjemahan? Peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945 terjadi karena kesalahan terjemahan. Pada Juli 1945, Amerika Serikat menerbitkan postdam declaration yang berisi tentang pilihan yaitu Jepang harus menyerah tanpa syarat atau akan diserang dengan kekuatan yang menghancurkan secara total. Jepang yang saat itu benar-benar terdesak, mengeluarkan pernyataan balasan berisikan “untuk sementara tidak ada komentar, kami akan memikirkan tawaran tersebut”. Celakanya, pernyataan “no comment” perdana menteri Jepang saat itu, Kantaro Suzuki yang diucapkan dalam bahasa Jepang “mokusatsu” diterjemahkan menjadi “kami tidak akan memperdulikan ultimatum sampah itu” oleh ahli bahasa dari Jerman saat itu. Seharusnya Penerjemah tersebut harus melihat situasi pada saat itu bukan hanya sekedar menerjemahkan kata saja. Akibat kesalahan terjemahan ini, Presiden Harry Truman marah dan 10 hari setelah pernyataan tersebut dikeluarkan, Hiroshima rata dengan tanah disusul Nagasaki 3 hari kemudian. Kesalahan pemilihan arti ketika menerjemahkan akan sangat fatal akibatnya pada level yang berbeda-beda. Menurut Torikai Kumiai, ahli penerjemahan Jepang, mungkin memang dalam bahasa Jepang pun arti “mokusatsu” memiliki dua arti yang aimai (bermakna bias) yakni “menolak” dan “tidak mau berkomentar dulu atau ingin berdiam diri sejenak”. Menerjemahkan itu bukanlah suatu yang mudah dengan hanya mengartikan kata demi kata, tapi juga harus memperhatikan aspek-aspek di luar itu, seperti melihat konteks, sikap penutur, dan lain-lain. Bayangkan dampak kesalahan terjemahan mengakibatkan ribuan manusia cacat, luka, bahkan meninggal. Analisis kesalahan merupakan bidang kajian yang masuk dalam payung linguistic terapan. Kajian ini sebenarnya bukan hal yang baru bagi para guru bahasa, karena hasil penerapan analisis kesalahan dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahasa, baik untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat pembelajar maupun untuk membantu guru menyusun strategi pembelajaran yang tepat. Brown (via Sanal, 2008) mendefinisikan analisis kesalahan (error analysis) sebagai ”the fact that learners do make errors and thes errors can be observerd, analysed and classified to reveal some thing of the system operating within the learner led to a surge of study of learners’errors called ‘error analysis”. Senada dengan itu Ruru dan Ruru (via Pateda, 1989) berpendapat bahwa analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh si terdidik yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur berdasarkan linguistik. Kesalahan biasanya ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan dari sudut pandang penutur asli. Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis kesalahan merupakan prosedur sistematis berdasarkan linguistic untuk menemukan dan mengklasifikasikan kesalahan yang tidak dapat diterima (dibenarkan) berdasarkan kaidah bahasa target yang dibuat oleh pembelajar bahasa (asing). Kesalahan dalam kajian analisis kesalahan dapat diklasifikasikan ke dalam 2 macam yaitu kesalahan (error) dan kekeliruan (mistakes). Kekeliruan terkait ketidakmampuan menghasilkan ujaran berbahasa yang tidak disengaja, kekeliruan bukan merupakan hasil dari kurangnya kompetensi berbahasa yang dimiliki pembelajar. Kekeliruan ini sifatnya ttidak sistematis, sehingga ketika pembelajar bahasa menyadari kekeliruan tersebut dapat segera memperbaikinya. Sebaliknya kesalahan (error) merupakan kesalahan yang dibuat oleh pembelajar bahasa bersifat sistematis yang disebabkan karena tidak memiliki kompetensi berbahasa yang memadai. Corder (via Sanal, 2008) mengatakan: Errors are deviances that are due to deficient competence (i.e”knowledge” of the language, which may or may not be conscious). As the are due to deficient competence the tend to be systematic and not self correctable. Whereas “mistakes” or “lapses” that are due to performance deficiencies and arise from lack of attention, slips of memory, anxiety possibly caused by pressure of time etc. They are not systematic and readily indentifiable and self corectable. Kompetensi yang dimaksud di sini adalah kemampuan pembicara atau penulis untuk melahirkan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakannya. Karena bahasa yang dihasilkan berwujud kata, kalimat dan makna, maka kesalahan yang perlu dianalisis mencakup pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. (Pateda, 1989:34). Kegiatan penerjemahan merupakan keterampilan yang sulit. Penguasaan terhadap bahasa Inggris saja sebagai bahasa sumber atau bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran tidak menjamin kehandalan atau keterpercayaan terjemahan yang dihasilkan. Mereka mesti menguasai tata bahasa kedua bahasa. Perbedaan gramatika dari kedua bahasa ini jika tidak dikuasai secara baik tentu saja akan mengakibatkan kesalahan, (Machali, 2000). Misalnya, kaidah frasa bahasa Indonesia adalah D(iterangkan) dan M(enerangkan), seperti siswa pandai yang berpadanan dengan intelligent student karena di dalam bahasa Inggris berlaku kaidah MD. Interferensi bahasa ibu (native language) juga ikut andil dalam memberikan kesalahan dealam penerjemahan. Misalnya, seorang mahasiswa dalam menerjemahkan teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris dipengaruhi oleh kaidah penulisan bahasa Indonesia, seperti expression yang ditulis dengan *ekpression. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesalahan dalam penterjemahan akan sangat dipengaruhi oleh pengalaman, intelejensia dan daya pikir serta emosional dari sang penerjemah. Seorang penerjemah yang memiliki sertifikasi sebagai penerjemah tersumpahpun akan sangat mungkin untuk melakukan kesalahan elementer. Sehingga dengan fakta ini menunjukkan bahwa alih bahasa merupakan sesuatu yang cukup dan harus dimengerti bahwa hal tersebut harus dikembalikan pada orang itu sendiri. Mungkinkah seorang dengan background ilmu sosial mampu menerjemahkan secara tepat buku kajian teknologi misalnya. Tentunya hal ini patut menjadi perhatian bagi Pemerintah, bahwa disamping sertifikasi harus dipikirkan juga pentingnya pengelompokan kualifikasi penerjemah.

Teori & Praktek Penerjemahan

KONSEP MENERJEMAH Mengungkapkan makna tuturan dari suatu bahasa ke bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu. METODE, PROSEDUR, DAN TEKNIK Tahapan Proses Penerjemahan : METODE  PROSEDUR  TEKNIK PENGERTIAN • Metode merupakan cara penerjemahan nas sumber secara keseluruhan. • Prosedur merupakan cara penerjemahan kalimat yang merupakan bagian dari nas tersebut. • Teknik merupakan cara penerjemahan kata atau frase yang merupakan bagian dari sebuah kalimat. JENIS-JENIS PROSEDUR  Literal  Transfer dan Naturalisasi  Modulasi  Ekuivalensi  Budaya JENIS-JENIS TEKNIK PENERJEMAHAN  Transfer  Transmutasi  Substitusi  Sebagai Penjabaran Prosedur Transposisi  Reduksi  Ekspansi  Teknik Korespondensi  Eksplanasi  Sebagai Penjabaran Prosedur Transposisi  Teknik Deskripsi  Teknik Integratif TEKNIK PENERJEMAHAN SEBAGAI PROSEDUR TRANSPOSISI Transposisi merupakan proses penerjemahan yang berkenaan dengan perubahan aspek gramatikal dari bahasa sumber (BS) ke bahasa penerima (BP). Transposisi sebagai proses atau hasil perubahan fungsi atau kelas kata tanpa penambahan apa-apa. Transposisi merupakan bentuk-bentuk perubahan sintaksis dan kategori kata dari bahasa Arab (BS) ke bahasa Indonesia (BP). TEKNIK TRANSMUTASI Cara penerjemahan dengan mengubah pola urutan fungsi dan kategori dengan memindahkan tempatnya, baik dengan mendahulukan maupun mengakhirkan salah satu unit gramatikal. Dalam penerjemahan BA ke BI, pemindahan urutan ini terjadi pada pola S-P menjadi P-S atau sebaliknya. TEKNIK TRANSFER Cara penerjemahan dengan mengalihkan fungsi sintaksis, kategori, dan kata sarana dari BS ke BP. Sekaitan dengan penerjemahan BA ke BI, pengalihan itu dapat diterapkan terhadap pola S-P = P-S, P-S =P-S, KS+P = KS+P, N = N, FN = FN, V = V, Pro. =Pro., KS = KS, KS+KS = KS+KS, dan F = F TEKNIK REDUKSI Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengurangi atau membuang unsur gramatikal dengan cara mengurangi atau membuang unsur gramatikal BS di dalam BP. Dalam penerjemahan BA ke BI, teknik ini tampak pada pengurangan pola P-S menjadi P dan pola P-(S) menjadi P. TEKNIK EKSPANSI Teknik penerjemahan yang ditandai dengan perluasan fungsi dan kategori yang disebabkan oleh deskripsi Makna BS di dalam BP. Dalam penerjemahan BA ke BI, penambahan terjadi dari P-S menjadi ke K-P-S, kategori A menjadi FA, dari N menjadi FN, dari V menjadi FV, dari V menjadi FN, dan KS (F) menjadi F. TEKNIK EKSPLANASI Teknik penerjemahan yang ditandai dengan mengeksplisitkan unsur linguistik BS di dalam BP, sebagaimana terlihat dari pola perubahan P-(S) menjadi S-P. TEKNIK SUBSTITUSI Teknik pengganti fungsi unsur kalimat BS dengan fungsi lain tatkala kalimat itu direstrukturisasi di dalam BP, sebagaimana terlihat dari pergantian P dengan K pada kalimat nomina BS yang berpola P- S. TEKNIK PENERJEMAHAN SEBAGAI PENJABARAN PROSEDUR EKUIVALENSI Pertama, ekuivalensi merupakan tujuan atau produk dari proses penerjemahan. Dengan kata lain ekuivalensi adalah padanan yang paling wajar antara bahasa sumber dan bahasa penerima. Kedua, ekuivalensi merujuk pada salah satu prosedur penerjemahan sebagaimana yang dikemukakan Newmark (1988) bahwa prosedur ini digunakan untuk menerjemahkan kosa kata kebudayaan di dalam bahasa penerima dengan cara sedapat mungkin mendekati makna sebenarnya di dalam bahasa sumber. TEKNIK KORESPONDENSI Teknik penyamaan konsep BS dengan BP melalui penerjemahan kata dengan kata dan frase dengan frase, yang berlandaskan asumsi bahwa ada kesamaan antara keduanya. TEKNIK DESKRIPSI Teknik penerjemahan dengan menjelaskan makna kata BS di dalam BP seperti tampak pada perubahan kata menjadi frase atau frase yang sederhana menjadi frase yang kompleks. TEKNIK INTEGRATIF Pemakaian dua teknik sekaligus dalam mereproduksi makna BS di dalam BP. MASALAH PENERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA  Masalah Interferensi dalam terjemahan  Masalah Teoretis  Masalah Kosa kata Kebudayaan dan Metafora Masalah Teoretis 1. Kompleksitas proses penerjemahan 2. Keluasan wawasan penerjemah 3. Pencarian padanan yang wajar 4. Pemahaman budaya dua bahasa 5. Masalah grafologis Masalah Metafora Masalah metafora kata yang berhubungan dengan kebudayaan Secara umum, ada dua kelompok metode penerjemahan, yaitu metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber dan metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran. A. Penerjemahan yang Berorientasi pada Bahasa Sumber 1. Penerjemahan kata-perkata (word - for - word translation) Umumnya metode ini digunakan sebagai tahapan pra penerjemahan. Hasil penerjemahan dengan metode ini mirip dengan terjemahan menggunakan mesin penerjemah. Contoh : Life is cheap in Indonesia" diterjemahkan menjadi "Hidup adalah murah di Indonesia." 2. Penerjemahan harfiah Metode ini masih kental sekali mengikuti bahasa sumber, sehingga dihasilkan terjemahan yang membingungkan (tak bermakna). Contoh : "It's raining cats and dogs" diterjemahkan menjadi "Hujan anjing dan kucing." 3. Penerjemahan setia (faithful translation) Metode ini mencoba mengalihkan makna kontekstual bahasa sumber tapi masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Penerjemahan ini berpegang teguh dengan maksud dan tujuan bahasa sumber, sehingga hasil terjemahan kadang-kadang terasa kaku. Contoh : " Ben is too well aware that he is naughty" diterjemahkan menjadi "Ben menyadari terlalu baik bahwa ia nakal." Akan lebih terasa wajar, jika kalimat tersebut diterjemahkan menjadi " Ben sangat sadar bahwa ia nakal." 4. Penerjemahan Semantis (Semantic translation) Metode ini menghasilkan terjemahan yang lebih fleksibel dan kreatif dibandingkan penerjemahan setia. Penerjemahan semantis memperhatikan unsur estetika bahasa sumber (seperti bunyi uang indah dan natural). Contoh : "He is a book-worm", diterjemahkan menjadi "Dia (laki-laki) adalah seorang yang suka sekali membaca." B. Penerjemahan Berorientasi pada Bahasa Sasaran 1. Adaptasi (termasuk saduran) Metode ini mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks bahasa sumber. Metode ini biasanya digunakan untuk penerjemahan drama atau puisi dengan mempertahankan tema, karakter dan alurnya; tetapi dialognya disadur dan disesuaikan. 2. Terjemahan bebas (free translation) Metode ini mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk (tata bahasa, gaya bahasa maupun organisasi gagasan dalam teks." Contoh : Time, May 28, 1990 : "Hollywood Rage for Remark." Menjadi Suara Merdeka, 15 Juli 1990 : "Hollywood Kekurangan Cerita. Lantas Rame-Rame Bikin Film Ulang." 3. Terjemahan Idiomatis (Idiomatis translation) Metode ini menghasilkan terjemahan yang bentuk dan isinya mudah dipahami pembaca. Contoh : "Mari minum bir bersama-sama" diterjemahkan menjadi " I'll shout you beer." Bandingkan dengan terjemahan semantis : "Let me buy you a beer." 4. Terjemahan Komunikatif Metode ini menghasilkan terjemahan yang langsung dapat dimengerti baik aspek kebahasaan maupun isinya. Contoh dalam teks : thorns spines in old sediments. Jika ditujukan untuk kalangan ilmuwan biologi, maka kata spines diterjemahkan menjadi "spina." Tetapi jika ditujukan untuk orang awam, kata spines diterjemahkan dengan "duri."

Kamus Digital Solusi Penerjemah Inggris Praktis


Kamus Digital, Solusi Penerjemah Inggris Praktis by anindyatrans1@gmail.com
Bagi hampir seluruh kalangan masyarakat khususnya kalangan mahasiswa, mencari penerjemahinggris yang mampu membantu dalam hal penerjemahan ribuan kata yang bisa mencapai berlembar-lembar dan bertumpuk buku kini tak lagi menjadi masalah yang berarti. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan kondisi kaum mahasiswa pada sepuluh atau dua puluh tahun lalu. Bayangkan saja, jika dahulu seorang mahasiswa harus mengartikan jurnal ilmiah atau textbook yang jumlahnya tak sedikit demi menempuh ujian akhir atau skripsinya. Sungguh perjuangan yang luar biasa, satu demi satu kalimat yang tercetak dalam bahasa inggris harus dirangkai menjadi salinan yang enak untuk dibaca. Hal ini tentunya tak lain berkat bantuan dari kemajuan teknologi yang semakin massive terjadi bahkan sangat pesat di lima tahun terakhir. Kamus atau penerjemah yang paling lazim digunakan pun tak luput mengalami dampak dari perubahan iklim teknologi dunia ini.
Dengan adanya kemudahan komunikasi dan akses dengan internet yang menghubungkan kita dengan dunia luas, kini setiap mahasiswa yang akan menerjemahkan textbook atau jurnal ilmiah bisa melakukannya hanya dengan menekan satu tombol klik. Tak perlu membawa kamus atau penerjemahinggris yang memiliki ribuan lembar tebalnya, hanya dengan mengunduh satu file kamus digital, maka segala kebutuhan tentang penerjemahan teks akan dengan mudah dilakukan.
Umumnya, layanan software penerjemah inggris ini dapat diperoleh dengan gratis. Cara yang dapat ditempuh untuk mengunduh layanan ini sangatlah mudah, cukup dengan memasukkan keyword yang berkaitan dengan kamus digital, maka dengan segera akan muncul sederet link yang akan mengarahkan anda menuju link download. Pengembangan kamus digital ini juga dapat dinikmati dalam berbagai jenis ponsel yang anda punyai, lebih minimalis, simple dan praktis. Selain itu, dengan adanya berbagai perkembangan teknologi utamanya di bidang penerjemah inggris ini, maka banyak hal yang diperoleh. Misalnya, anda akan sangat membantu dalam upaya penghematan kertas, selain itu juga akan menghemat pengeluaran karena tak perlu menganggarkan dana untuk membeli kamus yang tebal, cukup dengan mengunduh berbagai layanan kamus digital, solusi penerjemah inggris anda.

PENGGUNAAN BAHASA DALAM TERJEMAHAN

Bahasa sebagai komponen inti dalam komunikasi baik lisan atau tulisan hendaknya sangat diperhatikan dalam aplikasinya dan susunannya sehingga dapat menyampaikan maksud yang diinginkannya dengan baik. Hal ini tidak beda halnya dengan penyampaian suatu pesan atau berita dari pengirim atau pembawa pesan (message deliver) yang bertujuan untuk menyampaikan pesan melalui suatu media / sarana komunikasi , yakni bahasa yang bisa dipahami oleh kedua belah pihak (common language ) dan memastikan pesan tersebut dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh si penerima pesan (Message Receiver). Dalam bahasa tulisan sebagaimana yang merupakan problematika yang seringkali dihadapi oleh para penerjemah dalam tugas keseharian mereka, penulisan bahasa terjemahan yang tepat dan bisa dipahami oleh klien/ customer merupakan salah satu unsur utama yang hendaknya selalu diperhatikan. Secara kasa mata dapat dilihat bahwa bahasa yang sangat dipentingkan adalah bahasa hasil terjemahan (output language) baik dalam bentuk bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin, Belanda atau bahasa apa pun sesuai dengan permintaan klien. Namun, ada unsur penting lain yang hendaknya juga harus diperhitungkan oleh para penerjemah yakni kemampuan memahami dan menerjemahkan bahasa sumbernya (resource/ input language) . Kamampuan ini hendaknya senantiasa harus dilatih dan diasah oleh rekan-rekan atau calon para penerjemah, sehingga semakin lama bisa meningkatkan kemampuan menerjemahkannya terhadap berbagai naskah/ dokumen dari beragam disiplin ilmu atau bentuk naskah lain seperti novel, biografi dan lain-lain. Secara ringkas bisa disampaikan bahwa ada dua masalah utama yang dihadapi oleh setiap penerjemah yang masing-masing bagian harus dikuasai dengan baik, di antaranya adalah : 1. Kemampuan menerjemahkan bahasa sumber dan dapat menangkap dengan baik pesan atau makna yang terkandung di dalamnya. Untuk itu, penerjemah hendaknya bisa menguasai kosa kata dan struktur bahasa sumber yang baik sehingga mampu menyusun hasil terjemahan yang baik. 2. Kemampuan untuk menyusun kata-kata dalam output language dengan susunan bahasa yang baik dan mudah dipahami oleh klien. Yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang terdiri atas susunan kata-kata dan kalimat yang baik dan tidak harus sama persis dengan bahasa sumber. Untuk itu, setiap penerjemah harus mampun menyusun bahasa yang fleksible dan tidak kaku. Cara yang paling mudah coba anda baca kembali hasil terjemahan setelah anda selesai mengerjakannya, jika terasa masih anda kejanggalan dalam susunan kata dan kalimat lakukan perbaikan seperlunya. Kemampuan ini merupakan kemampuan yang paling penting dalam pekerjaan terjemahan karena hasil terjemahan lah yang akan dibaca dan dinilai oleh klien. Kesulitan pertama yang umumnya dihadapi oleh penerjemah adalah biasanya mereka bersikeras untuk menggunakan bahasa yang sama persis dengan bahasa asli atau sumbernya, karenan merasa kuatir akan menghasilkan bahasa yang berbeda jika tidak mengikuti dari bahasa sumbernya. Persepsi ini tentu saja keliru, karena masing-masing bahasa sumber memiliki struktur bahasa yang berbeda , oleh karena itu kita harus sebaik mungkin harus bisa menyesuaikan dengan struktur bahasa hasil terjemahan yang dikenal oleh orang secara umum. Penggunaan Bahasa Hukum/ resmi Beberapa jenis terjemahan pada dokumen tertentu seperti akte notaris, perjanjian jual-beli, kontrak perjanjian kerja dan lain-lain menggunakan bahasa yang resmi yang sudah baku. Coba anda perhatikan contoh berikut ini : On Today, Monday, 23 September 2000, both the appearer and their witness are standing before Public Notary to sign this Deed. Appearer di sini diterjemahkan sebagai Penghadap Public Notary diterjemahkan sebagai Notaris Deed diterjemahkan sebagai Akta Jadi secara umum, naskah di atas dapat diterjemahkan sebagai : Pada hari ini, Senin, tanggal 23 September 2000, kedua Penghadap dan saksi mereka menghadap Notaris Publik untuk menandatangani Akte ini. Kalau kita melihat, jika kita mencoba menerjemahkan secara harfiah atau apa adanya, maka beberapa kata seperti appearer mungkin kita menerjemahkannya sebagai : yang memunculkan atau yang membuat tampak, tentu saja jika dimasukkan dalam kalimat tersebut di atas akan tampak aneh/ janggal. Untuk itu, jika kita ingin meningkatkan kualitas terjemahan, saran saya bagi rekan-rekan penerjemah yang ingin meningkatkan kualitasnya menjadi penerjemah tersumpah, coba lah untuk belajar menerjemahkan naskah hukum. Caranya cukup mudah, coba lah menerjemahkan satu akta / perjanjian ke dalam bahasa Inggris. Jika sudah, coba anda bandingkan hasil terjemahan anda dengan akta yang berbahasa Inggris yang benar. Mungkin, disana, anda bisa menemukan beberapa kata-kata baru sehingga dengan demikian anda bisa melakukan beberapa perbaikan.