RINGKASAN, SADURAN, TRANSKRIPSI
RINGKASAN, SADURAN, TRANSKRIPSI by anindyatrans1@gmail.com
Terkadang kita sulit untuk memahami ide sebuah tulisan yang panjang dan tidak jarang juga kita kemudian membuat ringkasan dari sebuah tulisan tersebut untuk membantu memahami ide-ide dari si penulis. Hal serupa juga dilakukan manakala kita ingin menyalin tulisan dalam bahasa lain atau karya tulis tertentu yang inti tulisannya ingin kita ketahui. Cara menyadur bisa menjadi sebuah alternatif.
Meringkas, menyadur, dan mentranskrip memang memiliki kesamaan. Ketiganya masih berpatokan pada ide orang lain. Meski demikian, dalam hal mentranskrip, ada sedikit perbedaan. Kegiatan mentranskrip lebih kepada penyalinan bentuk lisan ke bentuk tulisan. Lebih jauh lagi tentang ketiga hal ini, diuraikan dalam tiga butir berikut ini.
Meringkas
Menyajikan sebuah tulisan dari seorang pengarang ke dalam sebuah sajian tulisan yang ringkas bukan hal yang mudah. Kita harus membaca dengan cermat dan memerhatikan ketika kita harus menuliskannya secara ringkas. Hal ini berkaitan dengan upaya kita untuk menangkap gagasan atau ide dari pengarang. Langkah meringkas bisa kita pakai untuk mengetahui maksud dan tujuan pengarang juga dalam rangka menyajikan sebuah tulisan ke dalam bentuk yang ringkas, padat, dan tetap berpatokan pada ide asli pengarang. Dalam hal ini, yang harus kita perhatikan dalam membuat sebuah ringkasan adalah mempertahankan urutan asli dari ide asli pengarang. Akan tetapi, jangan kita mencampuradukkan pengertian tersebut ketika kita akan membuat sebuah ikhtisar. Patokan akan kedua hal tersebut ada perbedaannya. Dalam membuat ikhtisar, kita tidak perlu mempertahankan urutan karangan asli dan tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan itu secara proposional (Keraf 1984: 262). Berikut akan kita bahas tentang batasan arti ringkasan. Ringkasan diartikan sebagai penyajian singkat dari suatu karangan asli tetapi tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. Sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat itu (Keraf 1984: 262). Dengan kata lain, ringkasan adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk singkat. Lalu apa tujuan dari meringkas tersebut? Gorys Keraf mengemukakan bahwa membuat ringkasan dapat berguna untuk mengembangkan ekspresi serta penghematan kata. Latihan membuat ringkasan, menurut dia, akan mempertajam daya kreasi dan konsentrasi si penulis ringkasan tersebut. Penulis ringkasan dapat memahami dan mengetahui dengan mudah isi karangan aslinya, baik dalam penyusunan karangan, cara penyampaian gagasannya dalam bahasa dan susunan yang baik, cara pemecahan suatu masalah, dan lain sebagainya. Beberapa bentuk ringkasan di antaranya dapat berupa abstrak, sinopsis, dan simpulan. Dalam sebuah karya ilmiah (skripsi, laporan akhir, tesis, maupun desertasi), sebuah proses meringkas biasa disebut juga dengan abstrak (Widyamartana dan Sudiati 1997: 52). Abstrak atau ringkasan berdasarkan penjelasan Harianto GP (2000: 227) dimaksudkan sebagai memberikan uraian yang sesingkat-singkatnya tentang segala pokok yang dibahas. Ringkasan dalam sebuah karya ilmiah hendaknya meliputi dasar masalah, asumsi dasar, hipotesa, metodologi, data, sumber-sumber pengolahan, kesimpulan, dan saran-saran.
Ringkasan dalam bentuk sinopsis biasa dilakukan pada buku seperti karya fiksi atau nonfiksi. Bentuk sinopsis merupakan salah satu bentuk ringkas suatu karya yang kiranya dapat memberikan dorongan kepada orang lain untuk membaca secara utuh (Djuharie dan Suherli 2001: 12).
Sementara bentuk ringkasan yang lain adalah simpulan. Simpulan adalah bentuk ringkas yang mengungkapkan gagasan utama dari suatu uraian atau pembicaraan dengan memberikan penekanan pada ide sentral serta penyelesaian dari permasalahan yang diungkapkan (Djuharie dan Suherli 2001: 13).
Menyadur
Sebenarnya, "menyadur" itu lain dengan menerjemahkan/ mengalih bahasakan . Istilah yang sekarang lebih umum digunakan adalah "adaptasi." Yang paling lazim, adaptasi dilakukan antar dua bidang seni, misalnya film yang ceritanya mengadaptasi sebuah novel. Dalam bidang sastra, bisa juga sebuah karya mengadaptasi sebuah cerita rakyat.
Adaptasi prinsipnya adalah mengambil bahan pokok untuk dikembangkan. Detail ceritanya bisa sama sekali baru, bahasa ungkapnya juga harus lain. Jadi, cerita-cerita silat dari Hongkong dan Taiwan yang beredar dalam bahasa indonesia sama sekali tak bisa disebut adaptasi atau menyadur. Karena tak ada pengembangan cerita ataupun memakai bahasa ungkap yang sama sekali baru.
Mereka tetaplah karya tejemahan. Istilah saduran yang sering ditempel di cover hanyalah sekedar akal-akalan agar terhindar dari gugatan hak cipta. Kembali ke istilah "menyadur", definisi resminya adalah: "menyusun kembali cerita secara bebas, tanpa merusak garis besar cerita, biasanya dari bahasa lain" (KBBI Edisi-II, Cetakan Ke-9, 1997, halaman 859).
Apakah menyusun kembali hanya sekedar membolak balik susunan kalimat atau susunan peristiwa? Atau sekedar mengedit, mengurangi dan menambah? Kalau hanya itu, baru pantas kita sebut terjemahan bebas!
Menyadur harus lebih dari itu. Harus ada sesuatu yang baru diluar cerita asli, "Tanpa merusak garis besar cerita". Pengembangan cerita tak berarti megubah garis besar cerita, misalnya kita tahu cerita garis besar cerita Sampek Engtai, tapi adegan pertemuan dan perpisahan mereka, detail percakapan mereka, bisa saja kita kembangkan sendiri.
Mentranskrip
Saat kita mendengar kata transkrip, pemahaman kita tentu akan mengacu pada penyalinan sebuah bentuk lisan ke dalam bentuk tulisan. Transkripsi menurut definisi Harimukti Kridalaksana adalah pengubahan wicara menjadi bentuk tertulis; biasanya dengan menggambarkan tiap bunyi atau fonem dengan satu lambang (2001: 219). Hal ini sesuai dengan pandangan J.S. Badudu bahwa terjadi sebuah penyalinan teks dengan huruf lain untuk menunjukkan lafal, fonem-fonem bahasa yang bersangkutan (2005: 351). Transkrip dalam hal ini sangat berguna, khususnya sewaktu kita akan membuat salinan, catatan dari sebuah pembicaraan ke dalam bentuk tertulis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, transkrip artinya salinan. Mentranskrip berarti menyalin. Apa saja yang bisa disalin? Tentu bisa apa saja. Tetapi yang dimaksud transkrip pada tulisan ini adalah menyalin atau mentranskrip audio/video (suara/suara bergambar) kedalam bentuk teks tertulis.
Audio disini adalah rekaman/suara yang terdokumentasikan dalam bentuk kaset/mini kaset maupun digital voice clip/sound clip dan video clip. Apa isi rekaman itu? Bisa hasil wawancara, diskusi, seminar, focus group discussion, pelatihan, pidato, sidang, film, video pendidikan, video pelatihan, video tutorial dan sebagainya. Direkam menggunakan alat perekam berupa cassette recorder, voice recorder atau video recorder dan tersimpan dalam kaset maupun format digital voice/sound clip dan video clip tersebut.
Hasil transkrip biasanya berbentuk teks tertulis yang berupa tulisan isi rekaman. Hasil transkrip ini bisa bermacam-macam. Ada hasil transkrip yang betul betul ‘apa adanya’ artinya kata perkata ditulis bahkan situasi yang terjadi ditulis juga untuk menggambarkan situasi yang terjadi.
Hasil transkrip ada juga yang mirip seperti hasil ringkasan sebuah acara/rapat, hasil resume, atau bahkan minuta rapat. Tetapi hasil transkrip ini tidak boleh ada pendapat/opini pribadi dari si penulis transkrip. Jadi betul-betul hanya ringkasan dari hasil acara tersebut dan berdasarkan pada apa-apa yang dibicarakan/diucapkan dalam acara tersebut. Hasil transkrip (dokumen tertulis) ini akan berbeda tergantung kebutuhan dan keinginan dari si pemilik rekaman ini. Misalnya hasil transkrip pelatihan, dipakai untuk melihat gambaran proses pelatihan dan materi yang disampaikan dan materi yang berkembang untuk dijadikan bahan evaluasi, perbaikan modul, pembuatan laporan dan lain sebagainya. Hasil transkrip FGD, seminar atau diskusi bisa dipakai sebagai bahan untuk melihat kembali materi acara dan menarik poin-poin kesepakatan dalam acara tersebut berdasarkan pokok pikiran seluruh pembicaraan pada acara tersebut.
Hasil transkrip video pendidikan, video pelatihan, tutorial bisa dipakai sebagai bahan bacaan bagi si peserta agar lebih mudah mengikuti alur pendidikan dan bagi si pengajar bisa dijadikan sebagai panduan dalam mengajar. Hasil transkrip bisa dijadikan sebagai bukti tertulis otentik tentang suatu hal. Misalnya transkrip sidang skripsi, transkrip sidang pengadilan dan lain sebagainya.
Merekam dan mentranskripkan sebuah acara itu penting agar setiap acara memiliki dokumentasi tertulis selain dokumentasi audio maupun video. Mentranskrip mirip dengan menotulensi tetapi tidak sama. Mentranskrip bisa dilakukan kapan saja dan bisa dimana saja selama bahan untuk ditranskrip ada. Jadi, bisa saja bahan itu bahan yang 1 tahun lalu, atau beberapa bulan lalu. Bahan tersebut kemudian ditranskrip misalnya sebagai antisipasi hilangnya data digital karena kerusakan komputer, kaset berjamur, video berjamur, dan lain sebagainya.
Ada beberapa macam transkripsi mengacu pada Kamus Linguistik Harimurti Kridalakasana (2002: 219). Meskipun sangat kental dengan istilah-istilah linguistik, mengingat pentranskripsian memang dekat dengan kajian ilmu fonetik, pengenalan macam-macam transkripsi berikut ini tentulah menambah wawasan kita. Transkripsi berurutan, yaitu transkripsi fonetis dari teks yang berurutan dan bukan dari kata-kata lepas. Transkripsi fonemis, yaitu transkripsi yang menggunakan satu lambang untuk menggambarkan satu fonem tanpa melihat perbedaan fonetisnya.
Transkripsi fonetis, yaitu transkripsi yang berusaha menggambarkan semua bunyi secara teliti.
Transkripsi kasar, yaitu transkripsi fonetis yang mempergunakan lambang terbatas berdasarkan analisis fonemis yang dipergunakan sebagai sistem aksara yang mudah dibaca.
Transkripsi impresionistis, yaitu transkripsi fonetis dengan lambang sebanyak-banyaknya yang dibuat tanpa pengetahuan mengenai sistem bahasa tertentu; transkripsi semacam ini biasa dibuat pada pengenalan pertama suatu bahasa. Transkripsi ortografis, yaitu transkripsi yang sesuai dengan kaidah-kaidah ejaan suatu bahasa. Transkripsi saksama, yaitu transkripsi fonetis yang secara cermat menggambarkan kontinum wicara. Transkripsi sistematis, yaitu transkripsi fonetis dengan lambang terbatas yang dibuat setelah si penyelidik mengenal bahasanya dan setelah segmen-segmen ujaran diketahui.
Secara garis besar, bentuk transkripsi merupakan bentuk tertulis dari ucapan. Beberapa contoh bentuk transkrip, misalnya transkrip pidato, wawancara, atau keterangan pers. Proses tersebut, sebagaimna disebutkan Shaddily dan Echols, sama halnya dengan mencatat atau menuliskan hasil pembicaraan. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan menuliskan kata demi kata dari suatu sumber untuk keperluan tertentu (biasanya direkam) pada radio perekam dan disalin dalam bentuk tulisan atau ketik. Sebuah cara penulisan dengan meringkas, menyadur, dan mentranskrip, di dalamnya mencakup cara menyajikan sebuah tulisan, pembicaran ke dalam bentuk tertulis yang tersaji secara ringkas. Sebuah bentuk ringkasan dari sebuah tulisan hendaknya tetap menekankan sisi konsistensi akan sebuah urut-urutan sesuai dengan ide atau gagasan pengarang. Begitu halnya saat kita menyadur, hal tersebut juga berlaku -- tetap mempertahankan ide dari naskah asli. Sementara mentranskrip lebih kepada upaya menyajikan sebuah bentuk lisan ke dalam tulisan. Penyajian hasil tulisan dengan ketiga bentuk tersebut ternyata dapat menjadi latihan yang baik bagi kita. Terutama untuk mempertajam pemahaman kita tentang karya asli. Tambahan lagi, kita akan menjadi lebih mencermati apa yang kita baca maupun dengar, tegas Keraf (1984:262) by anindyatrans1@gmail.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
blognya menarik sekali tulisannya panjang hanya saja terlalu rapat tulisannya.....tp saya menilai blognya bagus sekali
ReplyDeletekalau bisa update terus gan karena ini keren
ReplyDeletekorupsi masih di mana mana
ReplyDeleteWOW!! That’s pretty great tips... There are some quality points to be noted. Keep up the good work buddy!!!!
ReplyDelete